"Tuhan" dalam tas ranselku
"Hey, dompetku mana nih? Aduh!"
Aku mendadak berkeringat dingin ketika tidak kulihat dompetku. Siang itu aku baru balik dari bank. Tadi aku memang sempat mengeluarkan dompet untuk mengambil KTP. Aduh, gawat deh kalau sampai hilang. Kuubek-ubek lagi tas ranselku. Kubuka mataku lebar-lebar untuk meneliti bagian dalam dari tas ranselku. Aku yakin tadi aku sudah memasukkan kembali dompetku ke dalam tas ranselku.
Aku jadi tersadar, betapa aku sangat tergantung pada dompetku itu. Mungkin lebih tepatnya, pada isi dompetku. Karena di situ bukan cuma uang isinya, ada KTP, SIM, ATM, dan lain-lain. Kalau hilang, bisa nangis deh!
Aku kemudian ingat kalimat yang ditulis seorang temanku: Tuhan di saku celana. Aku tidak tahu persis apa maksudnya. Tetapi jangan-jangan dompet itu sudah menjadi semacam "tuhan" bagiku. "Tuhan" yang memang kadang-kadang kuselipkan di saku belakang celana jinsku. Tanpa dompet itu aku sepertinya tidak bisa hidup. Dompet itu memang selalu ikut ke mana pun aku pergi. Lebih tepatnya, aku yang "mengajaknya" untuk menemaniku. Ke pasar, ke kantor dia juga ikut
Kadang-kadang, sepertinya aku tidak adil dalam menempatkan Tuhan di dalam hidupku. Keberadaan Tuhan dengan mudah tergantikan oleh benda-benda atau orang-orang yang ada di sekitarku. Salah satunya adalah dompetku tadi.
Sumber: www.glorianet.org
0 comments:
Post a Comment