Wednesday, May 27, 2009

BELALANG

Ada 3 pilihan dalam hidup kita, yang tidak semuanya baik. Pilihan-pilihan itu berkaitan dengan gambaran belalang:

1.Dimakan belalang… pilihan ini terjadi jika kita hidup tidak sesuai yang Tuhan mau. Saat kita berontak dan didikan datang, belalang bisa datang dalam hidup kita dan menghabisi semua yang ada pada kita. Kitab Yoel 1 dengan jelas menyatakan itu, juga tulah ke-8 yang menghantam Mesir dan Firaun yang menyerbu adalah belalang.

2.Jadi belalang ini mentalitas dan gambaran iman yang payah. Seperti 10 pengintai menggambarkan diri mereka seperti belalang terhadap musuh. Saat kita lemah dan merasa tak berdaya, kita akan menjadi belalang. Dan dengan mudah musuh akan menelan kita.

3.Memakan belalang, inilah yang dibuat oleh Yohanes pembaptis. Dan seharusnya kita begitu. Semua tantangan dan kelemahan mesti kita habisi bahkan jadi alat untuk kekuatan kita.
Saudara yang kekasih, pilihlah yang ke-3. Makan dan sikat dengan lahap belalang dalam hidup kita.

Pdt. Petrus Agung Jki Ik

JANGAN BEBAL

JANGAN BEBAL

Kebebalan itu mengerikan sekali. Orang bebal itu sulit diberitahu dan tidak mudah mau berubah walau salah. Orang yang bebal punya kebenaran diri sendiri. Semua dipandang dari sudut dirinya sendiri. Mengerikan sekali bukan? Memasuki tahun 2009 ini, jangan hidup dalam kebebalan. Miliki hati yang mudah diajar dan dibentuk. Bahkan pengalaman keberhasilan di tahun sebelumnya pun tidak bisa kita andalkan. Sebab ada jalan-jalan baru yang Tuhan mau ajarkan, yang sama sekali tak terbaca musuh. Kebebalan membuat kita tak akan mau dengar apapun yang ilahi. Kebebalan buat kita hanya mau dengar yang ingin kita dengar. Di titik itulah Tuhan pasti bertindak karena kasih-Nya. Lalu didikan-Nya berlaku dalam hidup kita. Itulah sebabnya Firman Tuhan berkata: kadangkala butuh pengalaman yang menyakitkan untuk bisa mengubah cara dan jalan hidup kita.
“Sometimes it takes a painful experience to make us change our ways.”
Amsal 20:30

Petrus Agung Purnomo

MENGUNDURKAN DIRI

MENGUNDURKAN DIRI

Firman berkata kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa… Orang yang mengundurkan diri adalah orang yang pernah maju atau masuk dalam lingkupan kondisi tertentu, lalu setelah melihat situasi yang membuatnya tidak tahan, ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Di dalam Tuhan, bukan kondisinya yang salah, ketika kita masuk dalam panggilan dan kehendak-Nya. Tetapi lebih pada keadaan stamina rohani kita yang tidak memadai. Kita berpikir sesuatunya akan mudah dan singkat, tetapi setelah kondisi terasa berat, kita memilih untuk mundur. Saudara yang kekasih, jika saat ini keadaan Saudara di dalam Tuhan terasa berat, mengundurkan diri bukanlah pilihan yang tepat. Tuhan tidak berkenan. Jangan mundur, karena kita mestinya tak mengenal istilah mundur. Ingat cerita kelompok orang kusta di Gerbang Samaria? Masuk kota mereka makan tahi merpati, bertahan di tembok mati perlahan-lahan, dan pilihan terbaik maju terus… Ternyata justru kelimpahan yang didapat. 

Mengapa orang mengundurkan diri? Faktor utamanya adalah stamina rohani. Ya kita harus selalu ingat dan selalu harus camkan kuat di pikiran dan hati kita:

1. Kita lari marathon dan bukan sprint…
Butuh daya tahan dan bukan hanya kecepatan. Juga butuh kesabaran dan bukan hanya tenaga. Butuh ketekunan dan kesabaran serta tidak tergesa-gesa… itulah yang harus diperhatikan. Karena itu kita mesti bangun manusia roh kita.

2. Siap untuk yang terburuk dan harapkan yang terbaik.
Abraham, pada saat akan mempersembahkan Ishak punya cara berpikiran seperti itu. Di benaknya dia siap Ishak sungguh-sungguh mati, tetapi imannya juga berkata Tuhan sanggup membangkitkannya kembali.

Saudara inilah 2 faktor penting yang harus dicamkan. Dengan demikian kita jadi orang yang benar-benar ‘berhitung’ dengan cerdik, dan tidak perlu berpikir mengundurkan diri ditengah jalan… Puji Tuhan
So… maju ya..

Petrus Agung Purnomo

Monday, May 11, 2009

HADIAH TERINDAH


Hadiah apakah yang paling indah yang pernah anda dapatkan? Benda-benda yang harganya mahal, sebuket bunga mawar dihiasi pita dengan kartu ucapan, kue ulang tahun yang besar, atau kado yang lainnya? Pernahkah anda mendengar cerita seperti berikut. Ada seorang anak kecil yang menyiapkan sebuah kado untuk ayahnya. Lalu tepat di hari ulang tahun, sang ayah membuka sebuah bungkusan besar diikat dengan pita cantik. Setelah kertas kado dibuka, sang ayah melihat sebuah kotak. Tak sabar ia mengkocok kotak tersebut dan menempelkan telinganya. Penasaran ingin tahu kira-kira apa isi kado dari sang anak. Namun, tak terdengar apapun. “Bukalah ayah,”kata si anak. Ayahpun membuka kotak itu, dan dengan perasaan kecewa ia menemukan kotak itu kosong. Tak ada benda atau kartu apapun disana. Dengan perasaan ingin marah karena seperti dipermainkan sang ayah bertanya,”Apa maksudmu memberikan ayah kotak kosong?” Lalu dengan menitikkan air mata si anak berkata dengan terbata-bata, “Ayah, aku memasukkan beribu-ribu cintaku ke dalam kotak besar itu untuk ayah.” Dengan perasaan malu dan terharu sang ayah memeluk anak itu dan berkata,”Maafkan ayah ya, hadiahmu sangat indah dan berharga, ayah sangat mengasihimu nak.”

Terkadang kita sebagai manusia memandang pemberian berupa benda-benda adalah hal yang menyukakan hati kita. Kita mengharapkan sebuah pemberian yang besar, berharga menurut ukuran kita, dan nyata. Tidakkah kita tahu ada sesuatu yang jauh lebih berharga dari pada benda-benda tersebut? Yaitu sebuah hati. Ya, hati dengan kasih yang tak terhitung jumlahnya yang kita terima dari orang-orang disekitar kita entah dari keluarga kita, pasangan kita, teman-teman kita, serta yang paling indah adalah hati yang sungguh Tuhan berikan pada kita. Sekalipun mata kita tidak dapat “melihat”nya, tetapi Ia memberikan hatiNya yang tulus dan penuh kasih kepada kita. Terbukti ketika Ia rela dan mau memilih untuk menjadi Bapa kita sehingga kitapun dijadikanNya juga sebagai anak-anakNya. HatiNya sebagai seorang Bapa lebih berharga dari pemberian apapun yang pernah kita dapatkan. Ketika Ia terlebih dahulu memberikan hatiNya kepada kita, kini hadiah apakah yang dapat kita berikan juga kepadaNya? Benda-benda yang super mahal, sebuket bunga yang besar diikat pita emas, kue yang super enak, ataukah yang lebih berharga lagi yaitu loh hati kita?

our family is getting bigger each day...praise god ^_^
dont forget to invite all ur friends ^_^
how?just klik invite members..and klik all ur friends picture..thats it ^_^

have a blessing day.GBU

A Little Girl's Prayer


One night I had worked hard to help a mother in the labor ward; but inspite of all we could do she died leaving us with a tiny premature baby and a crying two-year-old daughter. We would have difficulty keeping the baby alive, as we had no incubator (we had no electricity to run an incubator) and no special feeding facilities. 
Although we lived on the equator, nights were often chilly witht reacherous drafts. One student midwife went for the box we had for such babies and the cotton wool the baby would be wrapped in. Another went to stoke up the fire and fill a hot water bottle. She came back shortly in distress to tell me that in filling the bottle, it had burst. Rubber perishes easily in tropical climates. 
"And it is our last hot water bottle!" she exclaimed. 
As in the West it is no good crying over spilled milk, so in Central Africa it might be considered no good crying over burst water bottles. They do not grow on trees, and there are no drugstores down forest pathways. 
"All right," I said, "Put the baby as near the fire as you safely can; sleep between the baby and the door to keep it free from drafts. Your job is to keep the baby warm." 
The following noon, as I did most days, I went to have prayers with any of the orphanage children who chose to gather with me. I gave the youngsters various suggestions of things to pray about and told them about the tiny baby. I explained our problem about keeping the baby warm enough, mentioning the hot water bottle. The baby could so easily die if it got chills. I also told them of the two-year-old sister, crying because her mother had died. 
During the prayer time, one ten-year-old girl, Ruth, prayed with the usual blunt conciseness of our African children. "Please, God," she prayed,"send us a water bottle. It'll be no good tomorrow, God, as the baby'll be dead, so please send it this afternoon." While I gasped inwardly at the audacity of the prayer, she added by way of corollary, "And while You are about it, would You please send a dolly for the little girl so she'll know You really love her?" 
As often with children's prayers, I was put on the spot. Could I honestly say, "Amen"? I just did not believe that God could do this. Oh, yes, I know that He can do everything. The Bible says so. But there are limits, aren't there? The only way God could answer this particular prayer would be by sending me a parcel from the homeland. I had been in Africa for almost four years at that time, and I had never, ever received a parcel from home. Anyway, if anyone did send me a parcel, who would put in a hotwater bottle? I lived on the equator! 
Halfway through the afternoon, while I was teaching in the nurses' training school, a message was sent that there was a car at my front door. By the time I reached home, the car had gone, but there, on the verandah, was a large twenty-two pound parcel! I felt tears pricking my eyes. I could not open the parcel alone, so I sent for the orphanage children.Together we pulled off the string, carefully undoing each knot. We folded the paper, taking care not to tear it unduly. Excitement was mounting. Some thirty or forty pairs of eyes were focused on the large cardboard box. 
From the top, I lifted out brightly colored, knitted jerseys. Eyes sparkled as I gave them out. Then there were the knitted bandages for the leprosy patients, and the children looked a little bored. Then came a box of mixed raisins and sultanas - that would make a nice batch of buns for the weekend. Then, as I put my hand in again, I felt the... could itreally be? I grasped it and pulled it out - yes! A brand-new, rubberhot water bottle! I cried. I had not asked God to send it; I had not truly believed that He could. 
Ruth was in the front row of the children. She rushed forward, crying out, "If God has sent the bottle, He must have sent the dolly, too!" 
Rummaging down to the bottom of the box, she pulled out the small, beautifully dressed dolly. Her eyes shone! She had never doubted! 
Looking up at me, she asked, "Can I go over with you, Mummy, and give this dolly to that little girl, so she'll know that Jesus really loves her?" 
That parcel had been on the way for five whole months! Packed up by my former Sunday school class, whose leader had heard and obeyed God's prompting to send a hot water bottle, even to the equator. And one of the girls had put in a dolly for an African child - five months before - in answer to the believing prayer of a ten-year-old to bring it "that afternoon." 
"Before they call, I will answer!" 
Isaiah 65:24 
when you realise you want to spend the rest of your life with somebody You want the rest of your life to start as soon as possible 

JLU

our family is getting bigger each day...praise god ^_^
dont forget to invite all ur friends ^_^
how?just klik invite members..and klik all ur friends picture..thats it ^_^

have a blessing day.GBU